Friday, January 23, 2009

Only a life lived for others is a life worthwhile


Judul posting tersebut diambil dari kutipan kata-kata Einstein. Di Kompas.com hari ini, tepatnya pada seri "Titik Nol" yang merupakan catatan harian backpacker Indonesia yang sedang keliling dunia, diceritakan tentang pengalamannya di Pakistan.

Pakistan akhir-akhir ini kita kenal dari kerusuhan, perang dengan LTTE dan pembunuhan calon presiden. Tetapi yang dirasakan oleh backpacker tersebut adalah keramahtamahan yang luar biasa. Dalam bahasa Urdu, keramahtamahan disebut dengan mehmannavazi.

Keramahtamahan sebagai konsep yang disebut Mehman, bisa digambarkan dalam kutipan berikut: "Tuan rumah tak makan tak mengapa, asalkan tamu dijamu dengan limpahan makanan mewah. Tak ada uang tak mengapa, asalkan sang tamu tetap merasa nyaman. Menggigil kedinginan bukan masalah, asalkan sang tamu tetap hangat dan lelap." Konsep itu dalam bahasa Thukul, mungkin "too much village" atau "ndeso", hmmm.... what do u think?

Saya yang dulu besar di kota kecil di Jawa pernah juga merasakan konsep yang sama berkembang di masyarakat. Einstein yang mempunyai image "geek" yang genius dan biasanya kurang sosialisasi pun kok ya bisa-bisanya.... punya konsep hidup seperti itu. Jadi teringat masa-masa kecil dulu di "desa", sekaligus malu, kalau berpikir kontribusi sosial yang belum apa-apa

No comments: